Fungsi BIOS sangat sederhana. BIOS pertama-tama menjalankan program uji peralatan dasar dan kemudian mencari konfigurasi peralatan tersebut. BIOS sistem dan informasi yang diperlukan untuk konfigurasi tersebut disimpan dalam sebuah chip Complementary Metal-Oxide Semiconductor (CMOS). CMOS adalah chip penyimpanan dengan sumber daya baterai yang terletak pada board sistem. Chip CMOS memiliki memori yang dapat ditulis ulang sehingga memungkinkan upgrade BIOS.
Konfigurasi
BIOS pada sebuah komputer disebut sebagai setup BIOS. Juga disebut setup CMOS,
berdasarkan chip yang menyimpan seting BIOS. Sangat penting untuk memulai setup
BIOS untuk pertama kalinya. Karena BIOS memindai sistem saat melakukan boot dan
membandingkan apa yang diperolehnya dengan seting yang terdapat pada CMOS,
sehingga perlu dilakukan konfigurasi untuk menghidari kesalahan. Operasi sistem
yang tepat tergantung pada BIOS me-load kode program yang benar bagi peralatan
dan komponen internal. Tanpa kode yang tepat dan driver peralatan, sistem akan
gagal melakukan boot dengan seharusnya atau bekerja tidak konsisten dengan
banyak kesalahan.
Bila
sistem bertabrakan, atau tanpa sengaja gagal, maka sistem dapat dinyalakan
kembali karena adanya BIOS. Di dalam BIOS sudah terpasang secara tetap sebuah
pengujian secara rutin yang disebut power-on self test (POST), yang memeriksa
sirkuit sistem internal saat dinyalakan dan memberikan kode kesalahan. POST
telah dibicarakan pada modul sebelumnya. Setelah pemeriksaan pertama sirkuit,
BIOS juga memeriksa komponen internal dibandingkan dengan daftar peralatan
operasi yang tersimpan di dalam chip CMOS. Permasalahan apapun dinyatakan
dengan menggunakan kode kesalahan atau pesan. Pesan kesalahan ini akan membantu
dalam pemeriksaan dan penyelesaian masalah tersebut. Karena BIOS berguna untuk
melakukan diagnostik penting dan pemeriksaan kesalahan, komponen internal dan
peralatan komputer yang baru dirakit dilakukan konfigurasi seperlunya dalam
CMOS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar