pengetahuan tentang konsep basis data muncul dan mulai berkembang seiring dengan adanya kebutuhan pengolahan data untuk memenuhi kebutuhan informasi. Perkembangan konsep basis data dapat dibedakan dalam 5 tahapan, yaitu :
1.
Tahap I (awal tahun 1960–an)
Ciri konsep
basis data Tahap I adalah data–data diolah berdasarkan prinsip berkas (file processing) pada lingkungan
komputer mainframe.
2.
Tahap II (akhir tahun 1960–an)
Ciri konsep
basis data Tahap II adalah konsep sistem basis data (Data Base Systems/DBS), konsep sistem manajemen basis data (Data Base Management Systems/DBMS)
layanan informasi secara online dan
layanan informasi berbasis teks.
3.
Tahap III (awal tahun 1970–an)
Ciri konsep
basis data Tahap III adalah kemunculan aplikasi–aplikasi basis data berbasis
sistem pakar (Expert Systems/ES)
dalam sistem pendukung keputusan (Decission
Support Systems/DSS), serta pemrograman berorientasi objek (Object Oriented Programming/OOP).
4.
Tahap IV (mulai tahun 1980–an)
Ciri konsep
basis data Tahap IV adalah sistem berbasis hypertext
yang memungkinkan penampilan informasi berdasarkan suatu kata kunci pencarian
yang dapat dilakukan secara acak.
5.
Tahap V (mulai tahun 1990–an)
Ciri konsep
basis data Tahap V adalah telah berkembang ke arah aplikasi–aplikasi basis data
untuk sistem kecerdasan buatan (Artificial
Intelligent/AI), basis data untuk aplikasi–aplikasi multimedia yang
melibatkan data teks, suara, gambar dan animasi, aplikasi basis data
berorientasi objek (Object Oriented Data
Base/OODB), serta aplikasi–aplikasi basis data secara online (online database)
untuk jaringan komputer global/internet. Aplikasi konsep basis data kabur (fuzzy) juga mewarnai konsep basis data
pada masa ini.
1.1
Arti Penting
Basis Data
Basis data
merupakan pengelompokan terpadu sejumlah file data yang saling berkaitan. File
data sebenarnya merupakan salah satu sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan.
Berbagai informasi dapat diperoleh dengan mengolah data yang disimpan dalam
basis data dan menjadi sesuatu yang secara riil mewakili keadaan fisik
perusahaan yang sebenarnya. Bisa dibanyangkan jika perusahaan tidak memiliki
catatan keuangan atau persediaan barang. Betapa sulitnya manajer mengadakan
perencanaan di masa yang akan datang, bahkan manajer tidak bisa mengadakan
evaluasi mengenai perolehan laba perusahaan. Lebih fatal lagi jika manajer
tidak mengetahui keadaan keuangan perusahaan sekarang ini, betapa mengerikan
nasib perusahaan.
Karena begitu
pentingnya informasi bagi perusahaan atau organisasi, maka sumberdaya ini harus
dikelola dengan sebaik–baiknya. Bisa dikatakan bahwa sumberdaya informasi ini
termasuk kedalam sumberdaya abstrak tetapi masuk ke dalam sumberdaya yang
vital. Bagaimana seorang manajer bisa melihat keseluruhan keadaan fisik
perusahaan kalau tidak melalui data. Maka dari itu ketersediaan data menjadi
hal yang vital. Penyimpanan data harus dikelola secara baik, terpadu dan aman.
Dikatakan penyimpanan data secara baik yaitu begitu mudah didalam
pengaksesannya, dikatakan terpadu yaitu berfikir kemasa depan dan selalu
berkesinambungan dan dikatakan aman karena data merupakan hal yang sangat
rahasia.
Jika dilihat
perkembangannya kegiatan pengolahan data sudah ada sejak dahulu sejak manusia
melakukan kegiatan–kegiatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Terutama sejak
dikenal budaya tulis maka data tersimpan dalam bentuk tulisan kedalam kertas.
Sebelum era komputer muncul, penerapan database
sudah lama dipakai untuk kegiatan seperti administrasi rumah sakit,
perpustakaan, perbankan dan sebagainya. Setelah muncul komputer sebagai alat
bantu dalam pemrosesan data maka pemakaian lemari/filling kabinet diganti
dengan media disk atau strorage.
Pemakai basis
data banyak digunakan untuk pengolahan data yang membutuhkan informasi secara
cepat, seperti pada kegiatan bisnis perbankan, akuntansi, registrasi mahasiswa
dan lain sebagainya. Beberapa alasan yang menyebabkan dipakainya basis data,
dikarenakan:
-
Sulit memperoleh informasi dengan segera untuk
kebutuhan yang mendadak.
-
Tingginya biaya pembuatan aplikasi.
-
Jika terjadi perubahan, diperlukan waktu yang
lama.
-
Rendahnya integritas data dan mutu informasi.
-
Sulit memperoleh model data yang merupakan
cermin dari kegiatan yang sebenarnya.
1.2
Arti Penting
Perancangan Basis Data
Era penggunaan
komputer yang ada sebelum konsep basis data ditandai dengan pengulangan data,
ketergantungan data dan kepemilikan data yang tersebar sehingga mengakibatkan
inkonsistensi data dan tidak ekonomis. Dari permasalahan yang muncul tersebut
maka mulai dirasa penting untuk merancang basis data yang lebih terkonsep dan
teratur.
Pengulangan
data terjadi disebabkan oleh data tersimpan di beberapa tempat yang terpisah
yang masing–masing menginput data sendiri, sehingga satu jenis data dapat
tersimpan lebih dari satu kali. Sedangkan ketergantungan data mengacu pada
penggabungan yang erat antara spesifikasi data dan program komputer.
Karakteristik data seperti panjang field, panjang record dan lain–lain
dikodekan ke dalam tiap program yang mengakses data tersebut. Situasi ini
berarti setiap kali suatu file mengalami perubahan, membawa implikasi pada
program yang mengakses file tersebut juga harus dirubah. Sehingga jika
perubahan file (data) tersebut tidak teridentifikasi, seringkali program tidak
dapat bekerja. Integrasi logis antara beberapa file dapat dilakukan dengan
membuat suatu link yang dapat digunakan untuk saling menghubungkan antara
record–record dalam sutu file dengan record–record pada file lain. Sistem ini
disebut sebagai Integrated Data Store.
Konsep mengintegrasikan secara logis beberapa file ini kemudian disebut sebagai
Konsep Basis Data.
Perancangan basis
data diperlukan terutama untuk menghindari permasalahan–permasahan yang muncul
didalam basis data. Menurut Henry F. Korth dan Abraham, masalah yang sering
timbul dalam pengolahan data antara
lain :
a.
Jumlah data yang senantiasa bertambah
Jumlah data
yang semakin bertambah dapat menimbulkan masalah, seperti :
§
Masalah memori
§
Kecepatan pelacakan data menurun
§
Organisasi file lebih rumit
§
Masalah keamanan data
b.
Adanya Pengulangan/Duplikasi Data (Data Redundancy) dan Inkonsistensi Data
File–file dan
program aplikasi disusun oleh programer yang berbeda dalam jangka waktu yang
panjang, memungkinkan adanya perbedaan struktur, format yang tidak kompatibel
satu sama lain. Selain itu dapat juga terjadi duplikasi data yaitu informasi
yang sama disimpan pada beberapa lokasi yang berbeda. Redudansi dapat
menyebabkan pemborosan tempat penyimpanan, perlambatan pelacakan data dan biaya
akses data yang bertambah. Disamping itu dapat terjadi inkonsistensi data,
misalnya kalau nasabah berpindah alamat, mungkin alamat baru hanya diperbaiki
pada file rekening tabungan dan tidak pada rekening cek. Hal ini dapat
mengakibatkan kerumintan dalam pengiriman laporan bulanan kepada nasabah.
c.
Disintegrasi antar data atau file–file
Jika hubungan
antar data atau file–file tidak terintegrasi, maka akan menimbulkan
masalah–masalah :
§
Pelacakan data yang saling terkait menjadi rumit
(tidak efisien & efektif).
§
Pengolahan data–data yang saling terkait untuk
menghasilkan informasi lambat.
§
Duplikasi data.
§
Format, struktur dan kosakata (dictionary) yang tidak seragam &
konsisten.
§
Memerlukan banyak biaya & waktu untuk
konversi data.
d.
Keamanan data
Data adalah
aset yang sangat berharga bagi organisasi, maka selayaknya data harus dijaga keamannya
dari :
§
Kerusakan sistem (system failure)
§
Penyalahgunaan data oleh pengguna
§
Serangan virus
§
Pelanggaran hak akses oleh pengguna
§
Kerusakan data
e.
Keterasingan data
Data tersebar
dalam berbagai file dan mungkin didalam format yang berbeda–beda menyebabkan
sulitnya menulis program–program aplikasi untuk mengambil data yang sesuai.
Disini tiap program aplikasi hanya dirancang untuk format dan struktur data
tertentu. Dengan demikian ada data yang tidak dapat dipakai/diakses oleh
beberapa program aplikasi. Data seperti ini merupakan data terisolasi.
f.
Akses data secara simultan
Dalam rangka
memperbaiki kinerja (performance)
keseluruhan sistem dan memperoleh waktu respon yang lebih cepat, banyak sistem
yang memungkinkan sejumlah user untuk meng-update data secara simultan
(serempak/paralel). Dalam lingkungan seperti ini, interaksi berbagai update
secara bersama dapat menghasilkan data yang inkonsisten.
g.
Masalah keutuhan data
Nilai–nilai
data yang disimpan dalam basis data harus memenuhi tipe–tipe tertentu. Kendala
atau batasan konsistensi, misalnya neraca suatu rekening bank tidak boleh
kurang dari Rp. 10.000,-. Batasan ini harus diterapkan dan dilaksanakan dengan
menambahkan kode yang sesuai dalam program aplikasi.
1.3
Definisi Basis
Data
Basis data
terdiri dari 2 kata, yaitu Basis dan Data. Basis diartikan sebagai markas atau
gudang. Sedangkan data adalah representasi fakta dunia nyata yang mewakili
suatu obyek seperti manusia, hewan, peristiwa, konsep, keadaan dan sebagainya,
yang direkam dalam bentuk angka, huruf, simbol, teks, gambar, bunyi dan
kombinasinya.
Basis data
sendiri dapat didefinisikan dalam sejumlah sudut pandang seperti :
§
Himpunan kelompok data (arsip) yang saling
berhubungan yang diorganisasi sedemikian rupa agar kelak dapat dimanfaatkan
kembali dengan cepat dan mudah.
§
Kumpulan data yang saling berhubungan yang
disimpan secara bersama sedemikian rupa dan tanpa pengulangan (redudansi) yang tidak perlu, untuk
memenuhi berbagai kebutuhan.
§
Kumpulan file/tabel/arsip yang saling
berhubungan yang disimpan dalam media penyimpanan elektronis.
1.4
Operasi Dasar
Basis Data
Di dalam sebuah
disk, basis data dapat diciptakan dan dapat pula ditiadakan. Didalam sebuah
disk, dapat pula ditempatkan beberapa basis data. Sementara dalam sebuah basis
data, dapat ditempatkan satu atau lebih file/tabel. Pada file/tabel inilah
sesungguhnya data disimpan/ditempatkan. Karena itu, operasi–operasi dasar yang
dapat kita lakukan berkenaan dengan basis data meliputi :
§
Pembuatan basis data baru (create database), yang identik dengan pembuatan lemari arsip yang
baru.
§
Penghapusan basis data (drop database), yang identik dengan perusakan lemari arsip
(sekaligus berserta isinya jika ada).
§
Pembuatan
file/tabel baru ke suatu basis data (create
table), yang identik dengan penambahan map arsip baru ke sebuah lemari
arsip yang telah ada.
§
Penghapusan file/tabel baru ke suatu basis data
(drop table), yang identik dengan
perusakan map arsip lama yang ada di sebuah lemari arsip.
§
Penambahan/pengisian data baru ke sebuah
file/tabel ke sebuah basis data (insert),
yang identik dengan penambahan lemaran arsip ke sebuah map arsip.
§
Pengambilan data dari sebuah file/tabel (retrieve/search), yang identik dengan
pencarian lembaran arsip dari sebuah map arsip.
§
Pengubahan data dari sebuah file/tabel (update), yang identik dengan perbaikan
isi lembaran arsip yang ada di sebuah map arsip.
§
Penghapusan data dari sebuah file/tabel (delete), yang identik dengan penghapusan
sebuah lembaran arsip yang ada di sebuah map arsip.
Operasi yang
berkenaan dengan pembuatan objek (basis data dan tabel) merupakan operasi awal
yang hanya dilakukan sekali dan berlaku seterusnya. Sedang operasi–operasi yang
berkaitan dengan isi tabel (data) merupakan operasi rutin yang akan berlangsung
berulang–ulang dan karena itu operasi–operasi inilah yang lebih tepat mewakili
aktifitas pengelolan manajemen dan pengolahan (processing) data dalam basis data.
1.5
Tujuan Basis
Data
Tujuan awal dan
utama dalam pengelolaan basis data dalam sebuah basis data adalah agar kita
dapat memperoleh/menemukan kembali data dengan mudah dan cepat. Secara lebih
lengkap pemanfaatan basis data dilakukan untuk memenuhi sejumlah tujuan
(objektif) seperti berikut ini :
§
Kecepatan dan kemudahan (speed)
Pemanfaatan
basis data memungkinkan untuk dapat menyimpan data atau melakukan
perubahan/manipulasi, menampilkan kembali data dengan lebih cepat dan mudah.
§
Efisiensi ruang penyimpanan (space)
Dengan basis
data, efisiensi penggunaan ruang penyimpanan dapat dilakukan, karena kita dapat
melakukan penekanan jumlah redudansi data, baik dengan menerapkan sejumlah
pengkodean atau dengan membuat relasi–relasi (dalam bentuk file) antar kelompok
data yang saling berhubungan
§
Keakuratan (accuracy)
Penerapan
aturan/batasan (constraint) tipe
data, domain data, keunikan data dan sebagainya, yang secara ketat dapat
diterapkan dalam sebuah basis data, sangat berguna untuk menekan
ketidakakuratan pemasukan/penyimpan data.
§
Ketersediaan (availability)
Karena
kepentingan pemakain data, sebuah basis data dapat memiliki data yang disebar
di banyak lokasi geografis. Data nasabah bank misalnya dipisah–pisah dan
disimpan di lokasi yang sesuai dengan keberadaan nasabah. Dengan pemanfaatan
teknologi jaringan komputer data yang berada disuatu lokasi/cabang, dapat juga
diakses (menjadi tersedia/available)
bagi lokasi/cabang lain.
§
Kelengkapan (completeness)
Untuk
mengakomodasi kebutuhan kelengkapan data yang semakin berkembang, maka kita
tidak hanya dapat menambah record–record data, tetapi juga dapat melakukan
perubahan struktur dalam basis data, baik dalam bentuk penambahan objek baru
(tabel) atau dengan penambahan field–field baru pada suatu tabel.
§
Keamanan (security)
Untuk sistem
yang besar dan serius, aspek keamanan juga dapat diterapkan dengan ketat.
Dengan begitu, dapat ditentukan siapa (pemakai) yang boleh menggunakan basis
data beserta objek–objek di dalamnya dan menentukan jenis–jenis operasi apa
saja yang boleh dilakukannya.
§
Kebersamaan pemakaian (sharability)
Basis data
yang dikelola oleh sistem (aplikasi) yang mendukung lingkungan multiuser akan
dapat memenuhi kebutuhan ini, tetapi tetap menjaga/menghindari munculnya inkonsistensi data (karena data yang
sama dirubah oleh banyak pemakai pada saat yang bersamaan) dan kondisi deadlock (karena ada banyak pemakai yang
saling menunggu untuk menggunakan data).
1.6
Penerapan Basis
Data
Hampir di semua
aspek pemanfaatan perangkat komputer dalam sebuah organisasi/ perusahaan
senantiasa berhubungan dengan basis data. Perangkat komputer dalam
organisasi/perusahaan biasanya digunakan untuk menjalankan fungsi Pengelolaan Sistem
Informasi, yang dewasa ini sudah menjadi keharusan, demi untuk meningkatkan
efisiensi, daya saing, keakuratan, kecepatan operasional organisasi/ perusahaan.
Dan basis data merupakan salah satu komponen utama dalam setiap sistem
informasi. Tidak ada sistem informasi yamg bisa dibuat/dijalankan tanpa adanya
basis data.
1.7
Penyusunan
Sistem Basis Data
Sistem basis
data merupakan lingkup terbesar dalam organisasi data. Sedangkan basis data
merupakan komponen utama yang menyusun sistem basis data.
1.
Bit, adalah sistem biner yang terdiri dari dua macam
nilai, yaitu 0 dan 1. Sistem biner merupakan dasar yang dapat digunakan untuk
komunikasi antara manusia dan mesin (komputer) yang merupakan serangkaian
komponen elektronik dan hanya dapat dibedakan dua macam keadaan, yaitu ada
tegangan dan tidak ada tegangan yang masuk ke rangkaian tersebut.
2.
Byte, adalah bagian terkecil yang dialamatkan dalam
memori. Byte merupakan sekumpulan bit yang secara konvensional terdiri atas
kombinasi delapan bit yang menyatakan sebuah karakter dalam memori.
3.
Field, sering juga disebut data item/atribut, merupakan
unit terkecil yang disebut data, yaitu sekumpulan byte yang mempunyai makna.
4.
Agregate Data, sekelompok field yang mempunyai ciri
tertentu dan diberi nama. Contoh : Agregate data “tanggal” terdiri atas data
item hari, bulan dan tahun.
5.
Record, merupakan sekumpulan field/atribut/data item
yang saling berhubungan terhadap objek tertentu.
6.
File, merupakan sekumpulan record sejenis secara relasi
yang tersimpan dalam media penyimpanan sekunder.
7.
Basis Data, merupakan sekumpulan dari bermacam–macam
tipe record yang memiliki hubungan antar record, agregate data dan field
terhadap objek tertentu.
8.
Sistem Basis data, sistem yang terdiri atas kumpulan
file(tabel) yang saling berhubungan dan sekumpulan program (DBMS) yang
memungkinkan beberapa pemakai dan/atau program lain untuk mengakses dan
memanipulasi file(tabel) tersebut.
1.8
Organisasi File
Basis Data
Ada beberapa tipe
organisasi file basis data yang digunakan, yaitu susunan berurutan (sequential), berurutan diindex (indexed sequential), acak (random) dan acak diindeks (indexed random). Tujuan organisasi file
dalam sistem basis data adalah :
-
Untuk menyediakan sarana pencarian record bagi
pengolahan, seleksi atau penyaringan
-
Memudahkan penciptaan dan pemeliharaan
Organisasi file
basis data harus mempertimbangkan beberapa hal penting, yaitu :
§
Kemudahan dalam penyimpanan dan pengambilan data
§
Kecepatan akses data / efisiensi akses
§
Efisiensi penggunaan media penyimpanan
Terdapat dua
jenis alat penyimpanan file yang digunakan, yaitu :
-
Piranti Akses Serial (Sequential Access Storage Device atau SASD). Contoh peralatan yang
termasuk jenis ini adalah magnetik tape dan pita magnetik.
Ciri–ciri
dari piranti ini adalah sebagai berikut :
§
Proses pembacaan rekaman harus berurutan
§
Tidak ada pengalamatan
§
Data disimpan dalam blok – blok
§
Proses write hanya bisa dilakukan sekali saja
§
Kecepatan akses datanya, sangat tergantung pada
kerapatan pita (char/inci), kecepatan pita (inchi/detik), lebar celah/gap antar
blok
-
Piranti Akses Direct (Direct Access Storage Device atau DASD). Contoh peralatan jenis ini
adalah cakram magnetic yang terdiri dari hardisk dan floppy disk.
Ciri – ciri
dari piranti ini adalah sebagai berikut :
§
Pembacaan rekaman tidak harus urut
§
Mempunyai alamat
§
Data dapat disimpan dalam karakter atau blok
§
Proses write dapat dilakukan beberapa kali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar